Uncen: Debutan Mengesankan dari Papua

Tahun ini menjadi pengalaman baru bagi tim putra Universitas Cenderawasih  (Uncen) Jayapura dalam mengikuti perhelatan LIMA Basketball: Air Mineral Prim-A Greater Jakarta Conference (GJC) Season 7. Dalam duel pertamanya, tim debutan itu harus menghadapi tim tradisional Jakarta. Universitas Esa Unggul (UEU) adalah yang pertama kali mereka hadapi.
foto: doc. LIMA
Dalam laganya, Uncen unggul sepanjang tiga kuarter sebelum akhirnya mereka kalah 31-44 dari UEU. Meski begitu, pelatih Uncen ini tetap bangga anak asuhnya bisa berhadapan dengan tim kuat. “Anak-anak sudah bermain dengan sangat bagus. Tapi di menit-menit akhir, kami kecolongan karena ada beberapa kesalahan strategi yang kami lakukan. Selain itu, Esa Unggul juga tim yang sangat berpengalaman. Saya tahu bahwa mereka sudah beberapa kali juara dan finalis. Kami bangga bisa bersanding dan mengimbangi dengan tim yang sudah finalis,” ucap Yoppi France Giay, pelatih Uncen.
Keistimewaan lain Uncen yang segera terlihat dari laga pertama fisik yang kuat. Tak cukup mengandalkan fisik, Yoppi memiliki cara lain dalam menanamkan mental anak-anaknya untuk bertanding. “Kami perlu beberapa kali bertanding. Kami rasa kami masih baru dan sedang merintis. Jadi, kalau pertama kali kami begini, kami harap bisa lolos ke LIMA Nationals. Kalau kami sudah lolos, mental kami akan lebih naik lagi. Karena pemain baru, kami harus sering dibiasakan ikut pertandingan dulu supaya mental anak-anak lebih baik lagi,” katanya.
Meskipun Uncen masih baru, Yoppi yakin peluang ke depannya akan lebih baik setelah anak latihnya bisa mengimbangi UEU. “Bagi kami, UEU memang tim yang kuat. Tapi ada tim-tim lain yang kemampuannya tidak kami ketahui. Kami harus siap bertemu dengan siapa pun,” tambahnya lagi.
Selain membahas menang-kalah dan kuat-lemah, ada sisi lain yang bisa dirasakan tim debutan itu. Pelatih Uncen ini menilai mental anak-anak latihnya tidak jatuh saat kalah dari UEU. Mental mereka justru semakin baik.
Menurut Yoppi, lawan yang dihadapi Uncen mendorong anak-anaknya untuk belajar dari kesalahan. “Saat berhadapan dengan UEU, artinya kami harus siap mengimbangi salah satu tim besar di LIMA. Ada hal baru yang membuat kami jadi banyak belajar. Kesalahan di kali pertama itu baik, supaya di kesempatan berikutnya kami bisa semakin lebih baik,” ucap pelatih Uncen ini.
Ia juga mengatakan untuk selalu menanamkan mental yang baik kepada anak-anaknya agar tetap percaya diri dan optimistis. “Saya selalu menyemangati anak-anak. Saya arahkan mereka agar bisa belajar dari kesalahan dan mengurangi kesalahan. Agar bermental baik, saya katakan kepada mereka bahwa semua lawan itu sama. Lawan siapa saja, kami harus siap,” ujar Yoppi optimistis.
“Pengalaman pertama yang menarik adalah saat momen kejar-kejaran poin dengan UEU. Hal menarik lainnya, anak-anak mulai merasakan pengalaman yang baru. Bisa merasakan event di LIMA ini sangat baik untuk ke depannya. Kami pun sangat menikmati sekali karena banyak penonton. Saya juga lihat komentar-komentar di Youtube luar biasa mendukung kami. Itu yang membuat kami sangat berterima kasih,” kata Yoppi lagi.
Pelatih Uncen ini bersyukur bisa membawa anak-anaknya berkompetisi di LIMA. Ia mengaku kesulitan jika anak latihnya harus mengikuti liga berskala nasional di Papua. Kurangnya informasi dan promosi yang jelas, membuatnya harus menunggu sampai bisa ke Jakarta mengikuti LIMA. “Kebetulan, saya lama di tim IBL, Satya Wacana. Saya beri informasi kepada anak-anak bahwa LIMA adalah liga yang paling bagus di Indonesia untuk basket level mahasiswa. Saya menyarankan, kalau bisa, untuk mengikuti LIMA. Tidak hanya cabor basket, tapi cabor lainnya yang juga ada di LIMA. Saya sampaikan info ini ke pihak universitas, dan universitas mendukung. Jadi, ini merupakan pengalaman yang pertama bagi kami,” katanya.
Yoppi juga mengatakan, sejak pertama ke Jakarta, anak latihnya itu pernah mengikuti Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) yang berskala tingkat provinsi. Akan tetapi, Yoppi ingin anak-anaknya bisa berkompetisi antarkampus. Ia pun mengatakan, saat ini hanya ada di LIMA yang bisa mewadahi itu.
Pelatih yang selalu terlihat ceria ini merasakan perbedaan saat bermain di LIMA. Meski masih terbilang baru, Yoppi melihat kebersamaan antara ia dengan anak-anaknya semakin tercipta. Ia menyadari jauhnya jarak tempuh untuk bisa sampai ke Jakarta, membuat ia dan anak latihnya berjuang lebih keras dan menikmati pertandingan. “Mau menang atau kalah, tetap tertawa. Anak-anak selalu tertawa di lapangan. Di luar lapangan setelah kalah, mereka tertawa lagi. Kami sering bercanda di dalam dan di luar lapangan, tapi tetap fokus di mana ada suatu hal yang kami harus fokus. Dampak positifnya yang kami rasakan semakin terasa sikap kekeluargaannya,” jelas Yoppi.
Selain menanamkan kerja sama dan kekompakan, Yoppi juga selalu menanamkan nilai-nilai religius kepada anak latihnya. “Yang paling inti bagi kami adalah soal religi dan ketuhanan. Itu yang selalu kami tanamkan,” tutupnya.
Uncen meneruskan penampilan menawan mereka di pertandingan kedua. Pada Kamis (25/7), tim asal Jayapura ini kembali tampil cepat untuk mencetak kemenangan pertama. Hasil bersejarah itu terukir setelah mereka mengalahkan Universitas Budi Luhur (UBL) Jakarta dengan skor 64-44. Uncen layak menatap LIMA Basketball Nationals 2019.

Comments

Popular posts from this blog

Yesaya: Bahagiakan Pendukungmu!

Arighi: Doa adalah Kekuatan dari Dalam

Rani: Ingin Menjadi Seperti Kartini yang Menginspirasi