Rizqi Nur Misbah UII Ingin Banggakan Orang Tua dan Institusi
Rizqi Nur Misbah adalah student athlete dari Universitas Islam Indonesia (UII). Pemain berposisi point guard ini lahir di Brebes pada 3 Januari 1998. Hukum Islam adalah program studi yang tengah ia tempuh. Ia pernah bermain di LIMA Basketball Central Java and Special Region of Yogyakarta Conference (CJYC) Season 6.
Rizqi menceritakan kenangan pribadinya saat bermain di LIMA saat itu. “Saya enggak menyangka bisa berkesempatan mewakili kampus di ajang LIMA. Yang menarik di LIMA yaitu adalah kemampuan para peserta yang menakjubkan dan memotivasi semangat buat latihan terus,” ceritanya. Selain itu ia juga mengatakan manfaat bermain di LIMA. Ia senang bisa berkenalan dengan teman-teman baru (tim lawan) dan saling bertukar kontak Instagram. Ia juga bisa saling sharing tentang pengalaman di basket.
Dalam seminggu, ia terbiasa latihan sebanyak 3 sampai 4 kali di FOIST (UKM Basket Fakultas Ilmu Agama Islam). Bagi Rizqi, membagi waktu agar tetap konsisten dan profesional merupakan suatu keharusan. “Membagi waktu itu keharusan yang harus dilakukan ketika kita memilih mencoba hal-hal lain selain kuliah. Akan tetapi, harus ada takaran waktu untuk selalu mengembangkan bakat dan menyalurkan hobi saya, khususnya basket, agar tetap konsisten dengan latihan. Setiap kali jenuh akan kesibukan itu, saya bayangkan senang dan bebasnya ketika main basket. Ada hal yang tidak bisa diungkapkan ketika main basket. Hal itu yang selalu saya ingat agar semangat latihan. Kendalanya adalah mood yang tidak bisa diprediksi setiap akan latihan, walau saya tetap latihan,” tutur Rizqi penuh semangat.
Mahasiswi ini menegaskan kesukaannya terhadap olah raga basket. Ia termotivasi ingin menjadi atlet basket nasional. Ia pun menuturkan awal mula perjalanannya di bidang olahraga ini. “Basket itu semacam sahabat. Sahabat adalah orang yang dekat dengan kita dan kemungkinan bisa mempengaruhi kita dalam kehidupan. Singkatnya, tidak bisa dijelaskan kenapa mesti basket. Tiba-tiba saja saya suka dan cinta sama basket sampai sekarang. Awal mula menggemari basket itu waktu SD kelas 5. Saya enggak pernah puas dengan apa yang diajarkan guru olah raga. Berlanjut ke SMP, pelatih sering membanding-bandingkan saya dengan kakak tingkat putra yang lebih pandai bermain basket. Kemudian saat SMA, saya lebih sering mengajak pelatih ikut main. Oleh karena itu, semua hal-hal yang terjadi di basket terlalu berharga untuk dilupakan. Tak ada kata stop untuk bermain basket,” tutur Rizqi.
Rizqi juga merasa beruntung karena bisa ikut berpartisipasi di LIMA Basketball Season ini. Ia bangga bisa bertemu dengan lawan-lawan yang hebat. Ia memiliki kenangan tersendiri di LIMA Basketball ini. “Waktu ikut LIMA Season 6, kebetulan saat itu sedang berbarengan dengan jadwal UAS UII. Jadi, agak sulit mengatur waktunya. Malam-malam masih harus tetap belajar buat UAS sebelum atau sesudah jadwal pertandingan kami,” ceritanya yang membuktikan bahwa Rizqi tidak main-main di bidang akademik maupun nonakademiknya.
Meski begitu, mahasiswi peraih IPK 3,83 ini tidak jarang merasakan kejenuhannya saat belajar. “Saya sering merasa jenuh, tapi saya ingat betul tujuan utama saya kuliah. Mungkin kalau bosan belajar, saya main basket supaya bikin semangat lagi. Atau, saya nonton pertandingan basket di youtube.” Selain itu, latihan fisik secara rutin juga ia manfaatkan agar kebugaran tubuhnya selalu terjaga. Rizqi juga memaparkan bagaimana ia melatih mentalnya sebagai student athlete. “Saya lebih merasakan peningkatan ketangguhan mental. Prinsipnya, apa pun yang kita dapat, itulah yang selama ini kita latih,” sambungnya.
Sebagai student athlete yang peduli akademik, hobi Rizqi sangat memengaruhi gaya belajarnya. Ia ingin kedua bidang tersebut (akademik dan nonakademik) dapat dijalani secara bersamaan dengan baik. “Kalau belajar kacau, hobi pun bisa kacau. Jadi, harus saling seimbang supaya belajar dan basketnya tetap berjalan,” ucapnya. Rizqi juga menambahkan bahwa semua pihak mendukungnya. “Mulai dari kampus, orang tua, teman-teman, dan lainnya, mereka selalu menjadi semangat untuk terus bermain basket,” lanjutnya.
Ia pun berpesan kepada sesama generasi muda. “Untuk generasi muda, khususnya dalam olah raga, coba sukai dulu, kemudian cintai apa yang kamu suka. Apa pun itu, jika tidak dimulai dari kesukaan dan kecintaan, maka bakat itu akan sulit berkembang. Jangan berhenti latihan walau hanya dalam waktu 48 jam. Berhenti lebih dari 48 jam akan membuat kita kembali seperti nol lagi. Ketika akan memulai kembali latihan, kita akan terasa seperti latihan dari awal,” ujar Rizqi. Tak lupa, pebasket muda ini juga menuturkan kepada siapa ia ingin mempersembahkan keberhasilannya. “Saya pastinya ingin membanggakan orang tua. Saya juga ingin membanggakan institusi tempat saya bernaung,” tutup Rizqi.
CLICK TO COMMENT
Comments
Post a Comment