Erlan: Berusaha Menjaga Salat 5 Waktu

foto: doc. LIMA
Erlan Perkasa adalah student-athlete dari Universitas Esa Unggul (UEU). Student-athlete yang tengah berkuliah di semester 6 ini sudah bermain di LIMA sejak season 5. Selain fokus dengan kuliah dan latihan basket, ia juga memperkuat klub Gading Sakti yang berada di Divisi Satu.
Sejak kecil, Erlan sudah menyukai olahraga. Ayahnya juga seorang atlet. “Hampir semua cabang-cabang olahraga, seperti badminton, voli, bola, dan renang, saya ikuti waktu kecil. Namun, akhirnya jatuh cintanya sama basket,” kata Erlan.
“Papa dulu atlet voli. Mungkin faktor lingkungan keluarga yang melatarbelakangi saya jadi suka sama basket. Saya empat bersaudara. Kedua kakak saya laki-laki, dan mereka main basket. Jadi, mau enggak mau saya juga main basket sama mereka,” tambahnya.
Sebagai student-athlete yang harus pandai membagi waktu, tentu hal ini tidak mudah bagi Erlan. Ia menceritakan bagaimana pengalamannya selama menjadi student-athlete. “Rasanya capek banget. Saya harus berusaha untuk membagi 50-50 persen kehidupan saya. Rasanya sulit sekali. Cuma satu prioritas dalam hidup. Kita mau pilih A, B, C, atau D, gak bisa keempatnya harus dibarengi. Mungkin bisa, tapi gak akan maksimal. Saya sudah mencoba, kuliah dan basket agar maksimal, tapi akhirnya di basket dan kuliah malah paspasan. Saat ini saya sedang fokus latihan untuk pra-PON, klub, dan kampus. Saya mempunyai tenaga dan motivasi yang akhirnya fokus pada titik itu,” tambahnya lagi.
Selain harus adil membagi waktu di tengah jadwal yang ketat, pebasket berposisi shoting guard ini juga harus mengimbangi akademik dan non-akademiknya agar tetap seimbang. Erlan tahu, bermain di LIMA juga harus ditunjang dengan IPK yang baik. Ia menyiasati hal itu dengan mengimbangi keduanya. Saat tidak ada bentrok dengan latihan, maka ia harus masuk kuliah. Jadwal latihannya pun mengikuti jadwal kuliahnya. “Sebagian teman-teman yang gak latihan menggunakan waktu untuk istirahat. Sedangkan saya harus kuliah. Begitu mengimbanginya,” kata pebasket muda ini.
Student athlete yang tengah mempersiapkan diri untuk PON 2020 ini mengungkapkan sikapnya selama menggeluti bidang olahraga. “Saya dari kecil sudah bermain basket. Di setiap level, saya harus mulai lagi dari nol. Misalnya, dari SMP ke SMA, latihan saya dari nol lagi. Begitu juga saat SMA ke kuliah, benar-benar harus dari awal lagi, mulai dari latihan dribel, shooting, offense, dan defense. Jadi, bukan hal yang mudah saat saya harus naik level. Adaptasinya cukup sulit. Banyak teman-teman saya yang jago waktu SMA, tapi sekarang belum kelihatan hasilnya. Itu yang menurut saya cukup sulit. Syarat sukses itu harus konsisten,” ujarnya.
Sejauh ini, ia pun mengaku termotivasi bermain di LIMA karena LIMA merupakan salah satu kompetisi terbesar di Indonesia. Ia bertekad timnya mendapat gelar juara di sini. “Saya termotivasi Esa Unggul harus jadi juara dulu sebelum saya keluar,” tambahnya lagi.
“Kami gak pernah tahu akan bertemu dengan lawan-lawan yang seperti apa. Apalagi kalau kami lolos di regional Jakarta dan masuk Nationals, kami bertemu dengan lawan main dari daerah lain. Di situ menurut saya atmosfer baik kompetisi ini. Saya bisa mencari pengalaman setinggi-tingginya di LIMA. Ada ITHB yang harus diwaspadai saat bertemu di Nationals. Di Jakarta, ada UPH. Lawan yang ditunggu-tunggu juga UPH,” kata Erlan.
Meskipun sudah dikenal unggul, mahasiswa jurusan Manajemen ini menyadari akan pentingnya evaluasi diri. Segi fisik, ketenangan dalam bermain, ketajaman tembakan, dan usaha untuk defense, adalah hal-hal yang harus ia benahi.
Sejak awal 2019, Erlan sudah dipadati dengan latihan persiapan Pra-PON. Kompetisi LIMA mengikuti setelah Pra-PON. Kemudian, ia juga harus mengikuti Divisi Satu dan LA Campus League. Erlan mengakui, kesuksesannya saat ini tidak luput dari peran LIMA yang membentuknya bisa sampai seperti sekarang.
“Menurut saya, saat ini LIMA sudah baik. Kita bisa lihat sendiri, di sini segi entertainment-nya bagus banget. Pemain-pemain bisa menunjukkan kemampuannya di sini. Saya merasa seperti sudah waktunya kami para pemain bisa membuktikan kemampuan diri dan dipandang orang se-Indonesia,” ujarnya.
Di tengah kesibukannya sebagai student-athlete, ia juga dikenal sebagai sosok yang taat beragama. Pebasket ini menekankan kepada dirinya sendiri agar selalu menjaga salatnya.
“Alhamdulillah, yang penting salat lima waktu terjaga. Saya percaya semua yang ada pada saya ini adalah berkat dari Allah. Walaupun terkadang salat saya kurang khusyuk karena memikirkan basket, latihan, dan kuliah, saya selalu berusaha untuk tidak meninggalkan salat. Memang itu akan menjadi hal yang salah saat saya menjadikan salat hanya sebagai kewajiban, tapi seharusnya salat itu saya jadikan sebagai kebutuhan. Karena saya butuh salat, saya butuh Allah. Selama saya menjadi atlet, saya berusaha untuk semaksimal mungkin tidak meninggalkan salat. Itu gak boleh ditinggal,” ucapnya.
Erlan mengatakan keinginannya mengikuti UKM Rohis (Rohani Islam) di kampus, tapi terganjal minimnya waktu yang tersedia. “Waktu saya habis untuk latihan terus,” tutup Erlan.

Comments

Popular posts from this blog

Yesaya: Bahagiakan Pendukungmu!

Arighi: Doa adalah Kekuatan dari Dalam

Rani: Ingin Menjadi Seperti Kartini yang Menginspirasi